Keindahan Danau Tiga Warna Di Puncak Gunung Kelimutu

Gunung Kelimutu merupakan salah satu gunung berapi yang cukup menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Nama Kelimutu sendiri berasal dari gabungan kata “keli” yang berarti gunung dan “mutu”  yang berarti mendidih. Nama tersebut dapat diartikan sebagai salah satu gunung berapi yang terus bererupsi. Gunung ini memiliki ketinggian 1.639 meter atau 5.377 kaki di atas permukaan laut. Lebih tepatnya lagi gunung ini terletak di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Negara Indonesia.

Danau Tiga Warna Gunung Kelimutu
Danau Tiga Warna Gunung Kelimutu, sumber: yorkgoods.com

Gunung Kelimutu merupakan bagian dari Taman Nasional Kelimutu. Taman ini merupakan yang terkecil diantara taman lain yang ada di wilayah Bali hingga Nusa Tenggara, namun jangan salah, walaupun lokasinya tergolong kecil Gunung Kelimutu menyimpan keindahan yang tidak akan kita temui di taman nasional lainnya. Pasalnya seiring terjadinya erupsi dan letusan dari Gunung Kelimutu, ternyata hal tersebut menambah pesona dan keunikan tersendiri dari gunung ini. Letusan Gunung Kelimutu mengakibatkan terbentuknya tiga danau kawah terpisah di puncak gunung. Ketiga danau kawah tersebut sangatlah indah dan mempesona sehingga dapat memikat mata yang melihatnya.

Danau kawah yang ada di Gunung Kelimutu sangatlah unik, karena danau kawah tersebut memiliki 3 macam warna yang berbeda satu dengan yang lain. Ada merah, biru, dan putih. Danau Tiga Warna merupakan objek wisata andalan di Pulau Flores. Danau kawah tersebut memiliki luas sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Ketinggian dinding antara 50 hingga 150 meter. Dinding danau kawah ini tergolong terjal karena memiliki kemiringan sebesar 70 derajat. Danau kawah ini dikatakan unik bukan hanya karena perbedaan dari ketiga warnanya, namun danau kawah ini juga sering kali dapat berubah warna.

Danau Kelimutu Flores
Indahnya pemandangan di Danau Kelimutu, sumber: anekatempatwisata.com

Para ilmuan yang sengaja datang dan meneliti ketiga danau ini mempunyai pendapat yang berbeda – beda tentang aktivitas perubahan warna pada danau kawah di Gunung Kelimutu. Ada yang mengatakan bahwa perubahan warna ini di sebabkan oleh Gunung Kelimutu sendiri, aktivitas gunung berapi yang terus – menerus mengalami erupsi dan menghasilkan gas – gas dari dalam menjadi faktor utama pada perubahan warna danau kawah. Sedangkan ada juga yang berpendapat bahwa, hal ini disebabkan oleh pantulan sinar matahari serta pembiasan cahaya dari dinding kawah.

Pesona Danau Tiga Warna di Gunung Kelimutu
Pesona Danau Tiga Warna di Gunung Kelimutu, sumber: www.mtmaindonesia.com

Selain itu, beberapa penelitian juga membuktikan adanya kandungan mikroorganisme tertentu yang mempengaruhi perubahan warna pada danau kawah tersebut. Misalnya saja, dari salah satu danau kawah yang berwarna biru, kini berubah menjadi hijau. Hal ini juga menguatkan pendapat tentang meningkatnya aktivitas gunung berapi serta kandungan gas dari dalam beserta perubahan suhu. Tak hanya itu, di Taman Nasional Kelimutu juga menyimpan berbagai jenis burung indah yang tercatat hampir punah. Selain itu, flora di Taman Nasional Kelimutu juga tak kalah menariknya dengan taman nasional lainnya. Anda akan dibuat terpukau dengan sajian alam yang di miliki Taman Nasional Kelimutu. Ada istilah “kecil – kecil cabe rawit” itulah bahasan yang tepat untuk wisata di Taman Nasional Kelimutu, walaupun tidak luas namun pesona keindahan dan keunikannya menjadi daya tarik tersendiri dan sayang untuk di lewatkan.

kelimutu lake
Tiga danau dengan warna berbeda di puncak Gunung Kelimutu, sumber: www.yukpiknik.com

Gunung Kelimutu ditemukan pertama kali oleh Van Such Telenyang merupakan warga negara Belanda pada tahun 1915. Namun Gunung Kelimutu baru dikenal oleh masyarakat luas ketika salah seorang bernama Y. Bouman menuliskan kekagumannya pada Gunung Kelimutu yang menyimpan pesona danau tiga warna dalam sebuah buku pada tahun 1929. Sejak itulah Gunung Kelimutu dikenal dunia dengan indahnya “Danau Tiga Warna” yang memikat hati para pengunjung. Banyak wisatawan domestik maupun mancanegara penasaran dengan keunikan yang dimiliki Gunung Kelimutu. Mereka berkunjung untuk menikmati keindahan “Danau Tiga Warna” yang oleh masyarakat setempat dianggap angker.

Masyarakat setempat percaya bahwa ketiga danau yang ada di Gunung Kelimutu ini mengandung aura mistis. Yang pertama yaitu danau berwarna biru atau biasa disebut dengan “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” masyarakat setempat percaya bahwa danau ini merupakan tempat berkumpulnya jiwa muda yang telah meninggal. Sedangkan danau yang berwarna merah atau “Tiwu Ata Polo” diyakini sebagai tempat berkumpulnya jiwa orang yang jahat selama masa hidupnya . Dan danau berwarna putih atau “Tiwu Ata Mbupu” adalah tempat berkumpulnya jiwa baik dalam hidupnya.

Ketika danau kawah ini berubah warna, masyarakat setempat berbondong – bondong memberikan sesajen pada Gunung Kelimutu dengan cara membuangnya di salah satu danau kawah yang berubah warnanya. Mereka percaya ketika danau kawah tersebut berubah warna maka arwah – arwah yang bersemayam disana mulai bergejolak dan marah sehingga waktunya untuk mereka memberi sesajen.

jalan ke danau kelimutu
Tangga yang mengantarkan wisatawan ke Danau Kelimutu, sumber: www.telusurindonesia.com

Di Taman Nasional Kelimutu ditumbuhi pepohonan pinus yang lebat serta berbagai macam tumbuhan paku langka yang tidak akan dapat kita temui selain di Pulau Flores. Namun anehnya, daerah sekitar yang tidak termasuk dalam Taman Nasional Kelimutu sangatlah tandus, berpasir, dan tanahnya cenderung tidak stabil, sehingga hanya tanaman tertentu saja yang mampu hidup disana. Karena fenomena inilah, masyarakat setempat percaya jika Gunung Kelimutu merupakan surga kehidupan.

Danau Kelimutu
Keindahan Danau Kelimutu, sumber: beatifulindonesia.com

Bagi Anda yang berasal dari luar kota Anda dapat menempuh perjalanan dengan menggunakan transportasi udara dan transit di bandara Eltari yang ada di kota Kupang, Flores. Sesampainya di Kota Kupang, kemudian dilanjutkan lagi ke Kabupaten Ende dengan transit di bandara H. Hasan Aroeboesman. Namun jika anda start dari Denpasar, Bali Anda dapat langsung menuju Kabupaten Ende dengan transit di bandara H. Hasan Aroeboesman dan hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit.

Setelah sampai di Kabupaten Ende, perjalanan Anda masih diteruskan lagi untuk menuju desa Moni yang merupakan desa yang berada di kaki Gunung Kelimutu dengan jarak perjalanan 66 Kilometer. Biasanya untuk menempuh perjalanan ini pengunjung akan menggunakan transportasi mini bus. Desa Moni inilah yang terdekat dengan Gunung Kelimutu. Disini anda bisa menyewa penginapan. Ada beberapa penginapan yang memang disediakan oleh Pemda setempat, namun ada juga milik pribadi. Dari desa Moni, Anda perlu menempuh jarak selama 13 Km lagi untuk bisa sampai di Gunung Kelimutu dan ditambah 1 Km jalan setapak untuk bisa menuju danau kawah yang menjadi tujuan akhir.

Saat melewati Desa Ngala, Jopu atau Wolowaru, Anda dapat melihat rumah adat masyarakat Flores. Rumah adat ini berada di atas permukaan tanah, dengan disangga kayu besar yang sangat kuat. Atapnya tergolong tinggi dan berbentuk kerucut.untuk bisa masuk kerumah tersebut, ada tangga yang terbuat dari kayu yang dapat digunakan. Selain itu bagian dalam atap dibatasi dengan kayu – kayu sederhana. Di tempat inilah mereka menyimpan benda yang dianggap sakral dan rangka tulang nenek moyang mereka.

Jika Anda berkunjung ke Gunung Kelimutu, sempatkan diri Anda untuk menikmati wisata air panas yang tempatnya tak jauh dari Taman Nasional Kelimutu. Dan tak perlu khawatir, bukan hanya satu, tetapi ada beberapa mata air panas yang dapat menyegarkan tubuh anda terutama saat melakukan trekking menuju Gunung Kelimutu untuk menikmati pesona keindahan Danau Tiga Warna.

Salah satu contoh peradaban agama Katolik juga ada disini. Bangsa Portugis datang pertama kali ke Nusa Tenggara Timur (NTT) tepatnya di Maumere. Salah satu bentuk nyata adanya kedatangan bangsa Portugis ke NTT, yaitu Gereja Tua yang berada di desa Sikka. Gereja ini bernuansa Portugis dan bentuk arsitektur yang mengadopsi unsur tradisional dari Pulau Flores seperti motif tenun yang menghiasi dinding – dinding gereja tua ini, dengan digabungkan unsur kolonial yang klasik. Nuansa dari gereja tua ini membuat kita hanyut dalam mengagumi kemewahan dan keunikannya.

Selain rumah adat, mata air panas, dan gereja tua disana juga ada tempat bersejarah yang patut dikenang oleh seluruh masyarakat Indonesia. Tempat untuk mengasingkan Bapak Presiden Republik Indonesia yang pertama, yaitu Ir. Soekarno pada saat itu adalah di Kota Ende, Pulau Flores. Bukanlah hal yang sulit jika Anda ingin mengunjungi tempat bersejarah tersebut. Memang dari depan tempatnya seperti pemukiman, namun disana sudah terpampang dengan jelas di depan rumah tersebut. Tertulis “Rumah bekas pengasingan Bung Karno”. Ir. Soekarno mengalami hal tersulit dalam hidupnya disana selama 4 tahun, yaitu pada 1934 hingga 1938.