Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu gunung yang menjadi favorit para pendaki di Indonesia, bahkan diketahui hampir kurang lebih 50.000 pendaki yang datang setiap tahunnya ke gunung ini. Meskipun terdapat peraturan yang dibuat untuk membatasi para pendaki yang datang, tetapi hal ini tidak menjadi halangan bagi beberapa pencinta alam khususnya penikmat pegunungan. Salah satu alasan yang menjadikan gunung ini tak pernah sepi pengunjung karena lokasinya yang berdekatan dengan Ibukota Jakarta dan Bandung. Untuk mengurangi kerusakan alam yang ada di sekitar Gunung Gede Pangrango, maka setiap bulan Agustus semua jalur pendakian ditutup untuk para pendaki. Tentunya hal ini merupakan kegiatan positif yang dapat menjaga lingkungan di sekitar Gunung Gede Pangrango.
Terdapat tiga jalur pendakian untuk mendaki gunung ini, yaitu jalur pendakian Cibodas, Gunung Putri dan Salabintana. Namun, jalur pendakian yang populer dikalangan para pendaki adalah melalui jalur pendakian Cibodas. Untuk mendaki Gunung Gede Pangrango di berlakukan sistem booking yang dapat Anda lakukan 3 sampai 30 hari sebelum pendakian. Terdapat batasan untuk jumlah pendaki di Gunung Gede Pangrango, yaitu hanya 600 orang per malam yang masing – masing 300 orang melalui jalur Cibodas, 200 orang melalui jalur Gunung Putri, dan 100 orang melalui jalur Selabintana.
JALUR CIBODAS
Di Pintu gerbang masuk bascamp Cibodas pendaki wajib melapor dan menunjukan surat – surat perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan untuk barang yang dilarang seperti pisau, radio, sabun, odol, dan lain – lain akan diamankan oleh petugas. Selain itu pada saat keluar Taman Nasional juga akan dilakukan pemeriksaan kembali, serta wajib memperlihatkan sampah yang dibawa. Dari jalur Cibodas ini tersedia beberapa pos tempat peristirahatan yang berupa bangunan beratap yang sangat bermanfaat untuk berteduh dan menghangatkan badan. Sebaiknya tidak mendirikan tenda di dalam pos karena mengganggu para pendaki lainya yang ingin berteduh.
Awal pendakian dimulai dengan menyusuri jalan setapak berbatu, melintasi kawasan hutan tropis yang lebat. Kicauan burung dan suara monyet akan menyambut para pendaki sejak dari pos penjagaan. Setelah berjalan sejauh 1,5 Km melintasi kawasan hutan yang sangat asri, terdapat sebuah rawa yang disebut telaga biru dalam ketinggian 1.500 meter diatas permukaan laut. Telaga biru yang warna airnya bisa berubah – ubah ini disebabkan oleh tanaman ganggang yang tumbuh di dasar danau. Dengan melintasi jembatan kayu sepanjang jalur selanjutnya akan mengantarkan para pendaki untuk sampai di pos Rawa Gayang Agung yang terletak pada ketinggian 1.600 meter diatas permukaan laut. Jika melewati jalur ini, Anda sebaiknya lebih berhati – hati karena jembatan kayu yang akan Anda lewati sudah mulai rusak bahkan banyak kayu – kayu yang lepas dan dapat menyebabkan Anda terperosok jatuh jika tidak berhati – hati.
Setelah berjalan di atas jembatan kayu sepanjang kurang lebih 1 Km, para pendaki akan dihadapkan kembali dengan jalan berbatu hingga sampai di Pos Panyancangan Kuda. Pos ini berada di ketinggian 1.628 meter diatas permukaan laut. Di pos ini terdapat bangunan beratap yang dapat digunakan untuk berlindung dari hujan dan angin, namun beberapa pendaki yang egois sering membuka tenda di dalam bangunan ini. Di lokasi ini terdapat persimpangan jalur, jika Anda mengambil arah ke kanan, maka Anda akan menemukan air terjun Ciberem, sedangkan jika arah ke puncak, Anda hanya perlu memilih jalur lurus. Bila Anda ingin mampir ke air terjun Ciberem, beberapa barang bawaan Anda seperti tas dan lainnya dapat ditinggal di pos ini dan meninggalkan satu orang untuk menunggunya.
Berjalan sekitar 30 menit dengan lintasan berbatu yang sedikit menurun dan di beberapa tempat digenangi air sehingga sepatu bisa basah, maka Anda akan sampai di Air Terjun Ciberem yang berada di ketinggian 1.675 meter diatas permukaan laut. Air terjun Ciberem ini terdiri dari tiga buah curug, yaitu Curug Cidendeng, Curug Cikundul, dan Curug Ciwalen. Wisatawan umum bisa datang ke lokasi air terjun ini cukup dengan membayar tiket masuk di pos penjagaan. Untuk melanjutkan pendakian, pendaki harus balik lagi ke Pos Panyancangan Kuda.
Dari Pos Panyancangan Kuda, jalur pendakian mulai menanjak dan berliku – liku melewati jalan setapak yang tersusun dari batuan yang terjal. Gemuruh air terjun yang berada jauh di bawah terdengar dengan jelas. Suara – suara satwa sering terdengar terutama di sore dan di pagi hari. Anda dapat beristirahat di Pos Batu Kukus yang berada di ketinggian 1.820 meter diatas permukaan laut.
Setelah beristrhat, Anda akan dihadapkan dengan lintasan menanjak berupa jalan tanah yang lebih alami. Selanjutnya jalur mulai landai disertai dengan turunan yang akan mempercepat Anda sampai di Pos Pondok Pemandangan yang berada di ketinggian 2.150 meter diatas permukaan laut. Ketika pendakian sedang ramai, maka Anda dapat beristirahat di pos ini sambil menunggu antrian melewati air panas. Tempat ini berupa lereng curam yang sangat berbahaya dan dialiri air panas dengan suhu yang mencapai 70°C, sehingga para pendaki perlu ekstra hati – hati karena jalanan sangat sempit dan licin. Sebaiknya jalan satu persatu dan menunggu bila ada pendaki yang melintas dari arah berlawanan, karena bila dua orang pendaki bertemu maka pendaki di sisi jurang akan sulit mendapatkan pegangan bila terpeleset dan bersentuhan akan fatal akibatnya, meskipun ada rantai besi pengaman namun kondisinya kurang aman untuk dijadikan pegangan.
Batuan di Air Panas terasa panas bila disentuh, namun banyak juga pendaki yang berhenti untuk menghangatkan badan. Sebaiknya tidak berhenti disini karena sangat menggangu pendaki lainnya, selain itu sebaiknya menggunakan sepatu untuk melindungi diri dari panasnya air yang akan terasa bila hanya menggunakan sandal.
Meninggalkan Pos Kandang Batu Anda akan melewati sungai yang kadang airnya deras sehingga hati – hati dengan alas kaki yang digunakan. Setelah itu jalur mulai landai dan sedikit menurun hingga Anda akan sampai di Pos Kandang Badak pada ketinggian 2.395 meter diatas permukaan laut. Bagi pendaki sebaiknya mengisi persediaan air di pos Kandang Badak ini, karena perjalanan berikutnya akan susah memperoleh air bersih. Setelah kandang Badak perjalanan menuju puncak sangat menanjak dan melelahkan disamping itu udara sangat dingin sekali. Disini terdapat persimpangan jalan, untuk menuju puncak Gunung Gede ambil arah ke kiri namun jangan salah jalan menuju ke kawah dan untuk menuju puncak Gunung Pangrango ambil arah kanan. Persiapan fisik, peralatan dan perbekalan harus diperhitungkan, sebaiknya beristirahat di pos ini dan memperhitungkan baik buruknya cuaca.
Menuju puncak Pangrango waktu yang dibutuhkan sekitar 3 jam dengan jarak tempuh lebih kurang 3 Km dengan melintasi kawasan hutan lebat yang sangat terjal. Dari puncak gunung Pangrango pendaki tidak bisa menikmati pemandangan sekitar karena masih banyak pohonan. Sedikit turun ke arah barat terdapat areal terbuka seluas 5 ha yang dipenuhi dengan tanaman bunga edelweiss, tempat ini di sebut Alun Alun Mandalawangi.
Untuk menuju puncak gunung Gede, para pendaki akan menyusuri jalan yang sangat terjal. Disini terdapat sebuah tempat yang disebut Tanjakan Setan, tempat ini sangat terjal dan dilengkapi dengan tali baja untuk berpegangan. Dari atas tanjakan ini pendaki bisa memandang panorama puncak gunung Pangrango yang sangat indah. Hempasan angin kencang sangat terasa di tempat ini. Di musim hujan tempat ini terasa sangat dingin karena hembusan angin kencang yang bercampur dengan air. Pendaki yang belum makan biasanya akan mudah sakit ketika tiba di tempat ini. Bahkan bisa terkena kram bila tidak menggunakan pakaian yang cukup tebal. hingga puncak Gunung Gede angin kencang akan selalu menemani para pendaki.
Puncak gunung Gede terlihat memanjang berbeda dengan puncak gunung pangrango yang runcing sempurna. Pendaki biasanya menikmati pemandangan Kawah Gunung Gede yang sangat indah. di puncak Gunung gede ini akan tercium aroma belerang yang kadang kala sangat menyengat hidung. Kawah gede ini terdiri dari Kawah Ratu dan Kawah Wadon.
Puncak gunung Gede sangat indah namun perlu berhati – hati. Anda dapat berdiri dilereng yang sangat curam, memandang ke kawah Gunung Gede yang mempesona. Dibawah lereng – lereng puncak ditumbuhi bunga – bunga edelweis yang mengundang minat untuk memetiknya, tetapi hal ini dilarang dan sangat berbahaya bagi kelestariannya. Dari puncak Gunung Gede Anda dapat turun ke bawah menuju alun – alun Surya Kencana, Di alun – alun ini terdapat mata air yang jernih dan merupakan tempat yang sangat luas untuk mendirikan tenda.
JALUR GUNUNG PUTRI
Di Pos Penjagaan Gunung Putri yang berada di ketinggian 1.450 meter diatas permukaan laut para pendaki wajib melapor dan menunjukkan surat – surat perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang – barang bawaan. Pendakian awal berupa jalan setapak yang melintasi kebun penduduk, yang selanjutnya akan menyeberangi sungai kecil. Setelah melewati sungai jalur mulai menanjak dan Anda akan menemukan pipa air minum yang disalurkan untuk keperluan penduduk sekitar.
Satu jam perjalanan dari pipa air pendaki akan sampai di Pos Tanah Merah yang berupa bangunan bekas kantor Taman Nasional yang sudah tidak terpakai di ketinggian 1.850 meter diatas permukaan laut. Beberapa dinding kayu sudah hilang dan lantai kayunyapun sudah berlubang, namun atapnya masih bagus sehingga dapat digunakan untuk berteduh.
Jalur yang akan para pendaki lewati akan semakin menanjak dan melintasi akar – akar pepohonan, suasana hutan semakin lebat dan mencekam. Setelah berjalan sekitar 1,5 jam akan sampai di Pos Legok Lenca diketinggian 2.150 meter diatas permukaan laut. Jalur berikutnya semakin curam dan licin terutama di musim penghujan, bahkan di beberapa tempat medan yang akan dilalui cukup sempit sehingga pendaki harus berhati – hati bila berjumpa dengan pendaki dari arah berlawanan. Pos berikutnya adalah Buntut Lutung yang berada di ketinggian 2.300 meter diatas permukaan laut. Tempat ini cukup luas sehingga dapat dijadikan sebagai tempat beristirahat. Jarang sekali ada pendaki yang membuka tenda di pos – pos di sepanjang jalur gunung putri. Selain tempatnya sempit dan tidak ada sumber air, pendaki lebih suka bersusah payah sekuat tenaga untuk sampai di Alun – Alun Surya kencana dan berkemah disana.
Sebelum sampai di lapangan terbuka Surya Kencana Anda masih harus melewati dua pos lagi, yaitu Pos Lawang Seketeng yang berada di ketinggian 2.500 meter diatas permukaan laut dengan medan yang semakin terjal dan semakin menguras tenaga, serta Pos Simpang Maleber yang berada di ketinggian 2.625 meter diatas permukaan laut.
Pos yang ada berupa bangunan untuk duduk dan dilengkapi dengan atap yang disangga satu tiang seperti payung. Seperti pos – pos yang lainnya tiang penyangga atap sudah roboh semua. Dari Pos Simpang Maleber, alun-alun Surya Kencana sudah nampak di depan mata. Untuk menuju Pusat Keramaian Alun-Alun atau Kilometer Nol, Anda harus berjalan ke kanan mengikuti aliran sungai kecil yang berada tepat di tengah – tengah lapangan. Selanjutnya dari Kilometer 0, Anda hanya perlu mendaki bukit terjal berbatu yang banyak di tumbuhi edelweis untuk menuju puncak gunung Gede. Sedangkan untuk turun kembali melalui jalur Selabintana kita harus berjalan lurus.
JALUR SELABINTANA
Di jalur Selabintana terdapat air terjun yang biasa disebut warga air terjun Ciberem yang memiliki ketinggian 70 meter. Percikan dan kabutpun tercipta oleh air terjun. Untuk menuju air terjun pendaki harus melewati jalan berbatu yang panjang dan terjal. Lokasi yang sulit dijangkau ini tidak mengurangi niat para pendaki untuk menuju ke air terjun Ciberem.
Pendakian diawali dari pos pemeriksaan lalu berjalan menyusuri tepi sungai yang aliran airnya jernih dan sangat dingin memasuki kawasan hutan lebat yang banyak dihuni satwa liar. Lintasan berupa jalan berbatu yang ditata rapi menyusuri punggungan gunung. Monyet – monyet bergelantungan di atas pohon, aneka burung berkicauan di atas dahan.
Setelah berjalan sekitar 1/2 jam Anda akan berjumpa dengan menara pengamatan burung. Selanjutnya akan sampai di Pos Citingar yang berada di ketinggian 1.000 meter diatas permukaan laut. Di sepanjang jalur, Anda akan menemukan banyak terdapat sampah dedaunan. Di musim penghujan banyak pacet dan di musim kemaraupun masih ada pacet. Medan yang berupa tanah gembur dilapisi guguran dedaunan semakin menanjak dan licin.
Bila ingin beristirahat sebaiknya tidak duduk di atas pohon tumbang atau di tanah berhumus karena banyak pacet, cukup berdiri mengambil nafas panjang. Masih dalam kondisi jalur yang sama kita akan sampai di Pos Citingar Barat yang berada di ketinggian 1.175 meter diatas permukaan laut. Sekitar 2 – 3 jam Anda akan berjalan dikawasan hutan yang banyak ditemukan pacet ini. Untuk melindungi diri dari pacet, maka sebaiknya gunakan sepatu gunung.
Selanjutnya jalur masih berupa tanah gembur yang dilapisi dedaunan. 1 jam kemudian jalur agak landai sedikit turun dari punggungan gunung menghindari lintasan lama yang longsor. Di lokasi ini lintasan baru dilapisi dengan batu yang ditata rapi dan pacet sudah jarang dijumpai. Kemudian kita akan sampai di Pos Cigeber yang berada di ketinggian 1.300 meter diatas permukaan laut.
Bila lintasan sebelumnya langit tertutup oleh rimbunya pepohonan, maka lintasan berikutnya Anda mulai bisa melihat langit karena pohon – pohon yang sangat tinggi sudah jarang ditemui. Tanah yang diinjak mulai agak keras. Kita akan melewati pinggiran jurang yang banyak ditumbuhi alang – alang yang menjulang tinggi. Selanjutnya Anda akan tiba di Pos Cileutik pada ketinggian 1.500 meter diatas permukaan laut.
Sedikit turun di bawah Pos yang sudah roboh ini terdapat sungai yang aliran air nya kecil dan membentuk air terjun mini. Bila tidak terlalu dingin bisa mandi di sungai ini. Di lokasi ini beberapa pendaki bisa beristirahat bersama namun tidak cukup untuk mendirikan 2 – 3 tenda.
Setelah menyeberangi sungai kecil, medan kembali menanjak dan memasuki kawasan hutan yang lebat. Di beberapa tempat tanah yang diinjak agak lembek. sekitar 2 jam berjalan pendaki akan sampai di pos yang banyak dikelilingi pohon – pohon yang memiliki bentuk yang aneh, sehingga bisa menimbulkan fantasi yang bermacam – macam.
Selanjutnya setelah Anda berjalan sekitar 2 jam maka, Anda akan sampai di pos yang hanya bisa digunakan untuk duduk beristirahat sekitar 8 orang. Lintasan berikutnya makin terjal, di beberapa tempat Anda hanya bisa berpegangan pada akar – akar dan selanjutnya pendaki akan melewati jalur yang banyak di tumbuhi rumput – rumput yang sangat tinggi.
Sekitar satu jam Anda akan sampai di Pos Pertigaan, di tempat ini terdapat persimpangan jalur yang bilamana Anda menuju ke kanan menuju puncak gunung Gumuruh dan ke kiri menuju alun – alun Surya Kencana. Sekitar lima menit dari lokasi Pos ini Anda akan sampai di tempat yang terbuka, ke kanan Anda bisa melihat Alun – Alun Surya Kencana dan Puncak Gunung Gede.
Untuk menuju pusat alun – alun atau biasa disebut Kilometer Nol, Anda hanya perlu berjalan ke kanan sekitar 15 menit. Di lapangan luas ini Anda dapat beristirahat dengan mendirikan sebuah tenda. Untuk melanjutkan perjalanan melaui jalur Cibodas Anda harus mendaki puncak gunung Gede terlebih dahulu. Sedangkan untuk melalui jalur Gunung Putri, Anda hanya perlu berjalan lurus mengikuti pinggiran sungai.